Halaman

Minggu, 29 November 2009

Adab Makan Ala Iklan

Paijo, sebut saja begitu, terkejut saat mendapati Pak Ngadiyan, seorang tokoh masyarakat di desanya, dengan lahap makan sepotong pisang goreng dengan tangan kiri, enjoy saja. Begitu juga saat pak Ngadiyan menyeruput segelas kopi hangat buatan istrinya, lagi-lagi pakai tangan kiri. Lantas, apakah pak Ngadiyan tidak punya tangan kanan? Oh, ternyata tidak. Tangan kanan pak Ngadiyan sedang asyik memencet keypad HP Nokia miliknya, sedang berkirim pesan dengan rekan bisnisnya.

Paijo pun heran, melihat seorang pak Ngadiyan yang merupakan tokoh masyarakat, makan dan minum pakai tangan kiri. Aneh, pikirnya. Mumpung agak sepi, Paijo memberanikan diri menegur ulah pak Ngadiyan itu, "Assalamu'alaikum, pak. Lagi istirahat ya, pak? Kok nikmat sekali sepertinya." Pak Ngadiyan pun menimpali, "Wo'oloikumsolom (masih ada sedikit pisang goreng di mulutnya). Eh, eh, iya nih, Jo. Duduk-duduk sini dulu." Paijo memulai aksinya, "Anu, Pak. Tadi saya lihat bapak makan pisang dan minum kopinya pakai tangan kiri. Maaf, tapi saya hanya sekedar mengingatkan kalau itu ndak baik, Pak. Apalagi bapak adalah tokoh di desa ini, yang perilakunya disoroti masyarakat. Islam, begitu juga adab orang Jawa kan mengajari kita kalau makan itu, ya dengan tangan kanan. Ini nyuwun sewu lho, Pak. Cuma mengingatkan..."

Pak Ngadiyan pun tersipu malu mendengar teguran halus Paijo, untung sepi. Malunya ndak terlalu kebangetan. Dan setidaknya untuk sore itu, Pak Ngadiyan menghabiskan pisang goreng dan kopinya bersama Paijo dengan bertangan kanan ria... hmmm...

Paijo tambah heran lagi saat dia melihat teman-teman kampungnya juga bertingkah seperti Pak Ngadiyan, makan-minum dengan tangan kiri, tanpa rasa malu dan risih. Kok orang-orang jadi begini, ada apa ya? Ketika dia lewat warungnya Mbok Darmi, yang ada televisinya, si Paijo kaget melihat sebuah tanyangan iklan air minum yang menampilan seorang aktor yang minum dengan tangan kiri, dan paijo pun bergumam, "Lha ini. Guru yang mengajari makan pakai tangan kiri!"

Cerita di atas cuma saya karang sendiri. Entah di sana Paijo atau Pak Ngadiyan serta Mbok Darmi, saya cuma asal mengambil nama saja. Mohon maaf jika ada yang namanya sama (semoga saja sama dengan Paijo...)


Itu hanyalah sebuah gambaran kecil tentang bagaimana dekandensi moral telah menggerogoti bangsa ini, atau secara lebih khusus saya sebut umat Islam di Indonesia. Dan sudah menjadi hal yang lumrah di dunia hiburan televisi. Hampir di semua tayangan iklan, wisata kuliner, atau apapun yang menampilkan acara makan-minum, host atau pemerannya dengan tanpa rasa malu atau risih bahkan merasa percaya diri menggunakan tangan kiri. Dan ironisnya, sebagian besar mereka adalah aktor atau aktris muslim. Lebih mengherankan lagi saat masyarakat dengan latah meniru adab makan yang diusung oleh media televisi dalam berbagai ragamnya. Atau, jika seseorang tidak makan-minum dengan tangan kiri, maka dia akan membiarkan orang lain yang makan-minum dengan tangan kiri. Sederhananya, masyarakat menganggap adab makan ala iklan sebagai hal wajar dan lumrah yang tak perlu dipermasalahkan.

'Kotak ajaib' ini memang telah menjadi kebutuhan primer bagi sebagian masyarakat kita. Mungkin tidak punya beras lebih ringan bagi mereka jika tidak punya televisi. Televisi yang fungsi dasarnya sebagai hiburan, kemudian beralih fungsi menjadi 'berhala', guru, dan 'public figur' bagi masyarakat. Dalam banyak hal, tak terkecuali dalam masalah adab makan-minum.

Padahal, untuk urusan sesederhana ini, Islam telah menjelaskannya dengan sangat baik dan mudah. Rasulullah bersabda, “Wahai anak muda, sebutkanlah nama Allah (Bismillah), makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah dari apa-apa yang dekat denganmu.” (HR. Bukhari Muslim) Sederhana, dan semua orang pasti bisa melakukannya. Tapi, sayangnya, manusianyalah yang mempersulit diri atau terkesan memudah-mudahkan dalam hal ini.

Jika muncul sebuah pertanyaan, "Memangnya kalau makan pakai tangan kiri, kenapa?"

Ada sebuah hadits Rasul yang akan menjawab pertanyaan di atas, "Janganlah kalian makan dengan tangan kiri karena setan makan dengan tanga kiri." (HR. Muslim no. 2019)

Nah, korelasinya adalah jika kita makan dengan tangan kiri yang merupakan cara makannya setan, berarti kita telah meniru setan dan barangsiapa yang meniru setan maka dia berdosa, termasuk pengikut setan, setidaknya dalam adab makan. Singkatnya, kita berteman dengan setan, padahal hal ini dicela bahkan dilarang oleh Allah. Mau? Berteman dengan setan?
Adab makan yang juga kurang baik, tapi hal ini lumrah di televisi adalah makan-minum sambil berdiri, berjalan, bahkan sambil berlari. Hal ini, secara unggah-ungguh orang Jawa saja kurang pantas, apalagi jika dilihat dari segi adab Islam, sungguh tidak pantas. Tapi, televisi mempertontonkannya dan sadar atau tidak sadar mendidik masyarakat, terutama anak-anak, untuk berakhlak semacam itu. Masih bisakah televisi disebut sebagai media pendidikan?

Para pembaca sekalian, televisi atau media secara umum, yang kini dipegang secara mayoritas oleh kaum kuffar memang getol dan begitu antusias memprogandakan pemikiran-pemikiran serta kebudayaan mereka dengan tujuan mengalahkan atau melemahkan kekuatan kaum muslimin. Mereka tahu dan paham bahwa umat Islam itu akan lemah jika mereka meninggalkan satu saja ajaran Nabi mereka, termasuk dalam hal tatacara makan-minum. Tapi ironisnya, umat Islam sendiri tidak sadar kalau mereka sedang dijajah dan diperangi. Yang terjadi justru umat Islam begitu permisif dengan budaya-budaya orang kafir tanpa mau lebih dulu menyaring budaya tersebut. Ditelan mentah-mentah begitu saja. Dan akhirnya, kita lihat bahwa televisi tidak lagi hanya sekedar tontonan masyarakat, tapi telah menjadi tuntunan berperilaku di masyarakat. Terlalu....

Solusinya sederhana, tapi menuntut sebuah keseriusan dari masing-masing individu masyarakat jika memang mereka menginginkan kebaikan dan perbaikan. Solusi paling dasar dan utama adalah kembali kepada ajaran-ajaran luhur yang tertera dalam Al-Quran dan Hadits. Kembali di sini dapat kita maknai dengan kembali rajin belajar tentang aqidah, ibadah, muamalah, dan juga akhlak yang baik dan benar berkehidupan sehari-hari. Kalau kita mau jujur, satu solusi ini akan cukup sekali menuntaskan permasalahan negeri kita dan akan membuat umat Islam kembali kuat, disegani oleh umat lain, dan berjaya di dunia ini.

Ini baru masalah makan-minum dengan tangan kiri yang banyak terekspos di media televisi, belum lagi segudang akhlak moral yang begitu rendah dan bejat yang tak kalah banyaknya dipertontonkan di 'kotak ajaib' itu yang pada akhirnya dijadikan tuntunan oleh masyarakat Indonesia.

Oleh karena itulah, kepada segenap orangtua di negeri ini, sayangilah putra-putri Anda dengan memberikan pendidikan agama yang terbaik bagi mereka. Jangan sampai peran pendidikan yang sejatinya adalah tugas para orangtua dan guru malah diambil-alih oleh televisi atau malah Anda yang mempercayakan anak Anda pada televisi. Tapi, persoalannya, sudahkah Anda, sebagai orangtua, memberikan contoh yang baik pada mereka dalam hal makan-minum ini? Jika belum, mulailah pada diri Anda dan barulah didik buah hati Anda untuk berakhlak dengan akhlak Islam sehingga mereka terjaga dengan baik.

Paragraf terakhir ini akan sedikit memberikan saran, kalau dalam berkehidupan, kita sudah punya guru yang jauh lebih profesional dan punya kebaikan yang harus kita jadikan tuntunan, yaitu Al-Quran dan Hadits Nabi, lalu untuk apa kita berguru pada televisi yang tidak profesional dalam mendidik anak bangsa dan malah sering menjerumuskan serta membawa efek negatif bagi kemajuan bangsa? Jangan biarkan anak Anda dididik oleh televisi, karena mereka begitu berharga...

Lantas, bagaimana sebetulnya adab makan-minum ala Islam? Silahkan download ebooknya secara gratis di sini.

Semoga bermanfaat...
====KangHanif====


4 komentar:

  1. syukron, sebuah peringatan utk kita..
    kita kadang meyepelekan hal-hal yg kelihatannya kecil

    BalasHapus
  2. @akhnur: sama-sama, mas. saling mengingatkan....

    BalasHapus
  3. Assalamu'alaikum wr wb?wah sm dngan pikiran sy selama ini artikel sampeyan.orang menganggap iklan tersebut benar...Sebenarnya pemeran iklan tersebut mengerti nggk tentang adab tersebut,ato jngan2 memang sutradaranya orang yg punya niat untuk merusak!!!!!! ...itu selalu ada di pikiran sy hingga saat ini,,tp untung sy sudah woro2 kpd kluarga sy sendiri.blm ketemen2 , n sanak saudara.klo perlu sampaikan ke MUI,NU,MUHAMMADIYAH,PKS, etc...biar disampaikan ke massa mrk.wass wr wb

    BalasHapus
  4. ...ada banyak iklan yang sangat tidak mendidik, menggambarkan anak-anak sedang makan, ada yang teriak-teriak memanggil ibunya "Mama! makannya mana?' layaknya sang ibu seorang pembantu saja, ada juga yang teriak sambil angkat kedua tangan dengan tidak sabar karena makanan favoritnya (kecap botolan) habis, dan baru diam ketika sang mama meletakkan botol kecap favoritnya di meja... oh, menyedihkan memang.

    BalasHapus


Setelah membaca artikel di atas, silahkan berkomentar
KARENA KOMENTAR ANDA BEGITU BERHARGA...

Gratizzan!