Halaman

Senin, 17 Mei 2010

Nenek Penjual Roti Usang

Seorang nenek, dengan baju dan kerudung warna ungu, kain jarik batik warna coklat yang sudah cukup berumur, menenteng sebuah tas belanja yang cukup bersih; nenek itu berjalan memasuki komplek Masjid Agung Manunggal Bantul dengan membungkuk karena badannya yang telah renta, terselip di antara ratusan laki-laki dewasa dan paruh baya yang hilir mudik dengan urusannya masing-masing.

Semula, kupikir dia hendak ke toilet wanita untuk buang hajat, tapi dugaanku meleset, dia menaiki tangga masjid lalu menemui beberapa laki-laki dewasa itu untuk menawarkan sebuah barang yang aku tak begtu tahu apa barang itu. Hingga akhirnya aku pun tak memperhatikan gerak langkahnya lagi.

Saat aku tengah asyik dengan kesibukanku menggelar dagangan celanaku, tiba-tiba nenek tua itu melintas di depan lapak kecilku, lalu menghampiriku, dan mulai membuka tasnya seraya menawarkan dengan sangat sopan, "Nak, kersa mundhut roti mboten?" (Nak, mau beli roti, tidak?)

Aku yang sedang agak sibuk memilihkan celana buat pembeli kemudian sejenak mengalihkan perhatianku pada sesosok simbah di sampingku. Ku hadapkan badanku ke arahnya lalu berkata menimpali tawarannya, "Ooo, roti menopo nggih, mbah?" (Ooo, roti apa, nek?)

Perlahan, nenek itu mengeluarkan roti dagangannya. Aku terkejut, kukira roti tradisonal yang biasa kudapatkan di pasar yang bagus-bagus, ternyata isinya ada dua macam roti; satu roti dalam bungkus kotakan ukuran 15 cm x 15 cm yang hampir hancur, begitu juga bungkusnya, dan satu plastik roti-roti yang sudah remuk dan hancur, tak layak disebut roti jualan.
Sesaat aku menelan ludah dan membatin, "Roti seperti ini dijual?!" lalu dengan segara aku bertanya pada nenek itu, "Regine pinten, mbah?"(Harganya berapa, nek?)
Simbah itu kembali berkata dengan sopan, "Kaleh dasa mawon..." (Dua puluh ribu saja)
Aku tambah kaget, roti seperti itu dijual seharga Rp 20.000,-!!!
Luar biasa, di saku bajuku hanya tinggal 20 ribu, pas! bagaimana aku pulang, bensin habis dan aku harus bagaimanakan pula nenek ini?! Wah, gimana ini?!
Aku berpikir sejenak, hendak menawar, tapi akhirnya kuurungkan niat menawarku.

Aku malah berpikir, jika aku menawar, apa perasaan si nenek, dari mana dia datang, dan siapa yang tengah menunggunya di rumah? Dua puluh ribu, memang bukan harga yang pantas untuk roti semi hancur seperti itu, tapi aku ingkat pesan seorang guruku tentang Fikih Al-Ma'un yang mengajarkan kita untuk lebih peduli kepada saudara-saudara kita yang tidak seberuntung kita.
Akhirnya, setelah berpikir sejenak, aku beli roti itu seharga yang nenek itu tawarkan padaku, tanpa tawaran lebih rendah. Dan aku bilang kepadanya, "Nggih, mbah. Niki artanipun." (Ya, nek. Saya beli, ini uangnya..)
Nenek itu, sebelum berlalu berucap lagi dengan sopan, "Matur nuwun nggih, Nak. " (Terima kasih ya, Nak)
Aku jawab, "Nggih, sami-sami, mbah. Ngatos-atos nggih, mbah. Kondur kemawon, istirahat wonten griya..." (Iya, nek. Sama-sama. Hati-hati, nek. Nenek pulang saja, istirahat di rumah)
Nenek itu berlalu pergi, keluar pintu gerbang Masjid Agung, setidaknya tidak dengan tangan kosong, denagn sesuatu yang tidak seberapa, yang semoga bisa dia gunakan dengan keluarganya, meski itu tidak seberapa.
Akhirnya, roti itu pun kumakan bersama temen-teman; bentuknya memang sudah nggak karuan lagi, tapi subhanallah, rasanya enak dan manis. Serasa belum pernah makan roti enak, kecuali hari itu. Subhanallah...

Subhanallah, apa yang Allah katakan benar, "Dan Allah punya balasan yang lebih baik!"
"Allah adalah sebaik-baik pemberi rizqi!" Dan subhanallah, sore hari setelah kejadian itu, Allah gantikan Rp 20.000 itu tadi dengan Rp 300.000 yang aku sendiri tidak menyangkanya. Subhanallah wal hamdulillah. "Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, Allah akan berikan jalan keluar baginya dan akan Dia beri rizqi dari arah yang tidak disangka-sangka!" Maha Benar Allah!

Aku ceritakan ini bukan karena ingin menyombongkan amal; apalah amalanku dibanding amalanmu?! Dan apa guna beramal kalau hanya untuk dipamerkan?! Aku ingin sampaikan pada yang membaca tulisan ini, cobalah untuk lebih peduli, cobalah untuk lebih merasakan apa yang dirasakan orang lain, yang tidak seberuntung kita. Saling mengingatkan di antara kita dengan kebaikan ini.

Semula, aku berpikir, ada nenek-nenek menjual barang yang sudah usang hanya rekayasa acara-acara TV agar orang terenyuh. Tapi, hari itu aku melihatnya sendiri, seorang nenek menjual roti usang (yang masih enak, alhamdulilah), berbadan rapuh, berjalan merunduk. Fisik yang luar biasa untuk seumurannya. Semoga Allah merahmatinya dan memberikan padanya khusnul khatimah. Amin.

Ada satu pesan dari guruku tentang Fikih Al-Ma'un; jika kamu membeli sayur, dari simbah-simbah yang datang dari Kasongan sana, sementara kamu di kota, misalnya daun bayam yang satu ikat seharga Rp 300 JANGAN KAMU TAWAR Rp 200 atau kurang dari itu! Belilah dengan harga yang dia tawarkan padamu! Dan jika kamu pingin yang lebih baik dari itu, tawarlah dengan harga yang lebih tinggi dari itu; jika dia jual Rp 300, belilah Rp 500 atau Rp 1000 atau berapa pun yang kamu mau dan kamu bisa! Semoga Allah merahmati orang yang mau merahmati saudaranya yang tengah kesusahan! Orang kota, ketika beli di mall mereka tidak mengeluh jika harus pasrah dengan harga bandrol yang mahal, tapi saat yang jualan adalah nenek-nenek yang sudah bungkuk badannya, dia mati-matian menawar dengan harga terendah! Padahal barangnya sama. Aneh, sungguh aneh.

Intinya, cobalah untuk peduli, jika kamu sebetulnya tidak begitu membutuhkan barang yang dia jual, setidaknya barang itu mungkin akan berguna buat orang lain. Bantulah dengan membeli barang dagangannya karena dia akan senang disebabkan dua hal; dia mendapatkan uang dan dia bisa mendapatkan uang bukan karena meminta-minta, melainkan karena usahanya sendiri. Jika engkau lakukan itu dengan niat ibadah, insya Allah itu tak hanya sebagai amal sosial semata, bahkan menjadi amal kebaikan dan tabungan di akhirat. Jika tidak hari itu kamu mendapat gantinya, semoga Allah beri ganti bagimu di negeri para Nabi, Syuhada', Shiddiqin, dan Shalihin....

Selesai ditulis di Wisma DT, Sewon, Bantul, pukul 7.30 WIB. Wal hamdulillah...

4 komentar:

  1. Subhanallah, ana sangat terharu, semoga hal ini menjadi pelajaran bagi kita semua. Allah senantiasa menolong hambaNya selama hamba itu menolong saudaranya.

    BalasHapus
  2. luar biasa....
    semoga Yang Maha Pencipta SenangTiasa Merahmati Kita....

    BalasHapus
  3. cakra belajar hikmah18 September 2010 pukul 05.33

    masya 4JJl.... ini merupakan pelajaran baru bg saya, jazakalloh khaer...:)

    BalasHapus
  4. usaha laundry , bisnis laundry , deterjen laundry , waralaba laundry , franchise laundry , softener laundry , pewangi laundry

    BalasHapus


Setelah membaca artikel di atas, silahkan berkomentar
KARENA KOMENTAR ANDA BEGITU BERHARGA...

Gratizzan!