Halaman

Selasa, 27 April 2010

Persahabatan Antara Kita

Kamu punya sahabat atau teman atau sohib? Saya yakin kamu punya, karena saya juga yakin kamu yang lagi baca tulisan saya ini adalah manusia (kalo bukan manusia, saya nggak tahu deh). Kalau kamu tidak punya teman, saya sarankan kamu membuka akun facebook lalu carilah teman sebanyak-banyaknya, tentunya teman yang baik. Atau kalau tidak, silahkan datang ke sembarang rumah, ajak kenalan orangnya, dan jadikan mereka teman. Tapi saya lebih yakin kalau kamu PASTI punya teman atau sahabat atau sohib, Insya Allah.

Kenapa saya yakin begitu? Karena telah menjadi rahasia umum bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang satu dengan yang lainnya saling membutuhkan kerjasama dan berhubungan. Hubungan itu bisa terjalin antara satu individu dengan keluarganya; ayah, ibu, kakak, adik, paman, kakek, dan pihak keluarga dan kerabat yang lainnya. Bisa pula dengan orang-orang di luar komunitas yang bernama keluarga tersebut; teman sepermainan, teman sekantor, tetangga, dan sebagainya. Intinya, manusia butuh bergaul dan menjalin interaksi sosial antar sesama mereka untuk menjaga keseimbangan dan kebaikan hidup mereka.


Dalam agama kita yang mulia ini, Allah pun telah menerangkan tentang maksud kita diciptakan sebagai laki-laki dan perempuan, bersuku dan berbangsa-bangsa, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian dari jenis laki-laki dan perempuan serta telah Kami jadikan kalian bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kalian saling mengenal (satu sama lain). Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa di antara kalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Melihat.” (QS. Al-Hujurat:13)
Saya akan coba berbagi sedikit apa yang saya rasakan selama menjalani sepenggal perjalanan hidup ini kepada kamu tentang sebuah persahabatan.
Satu dugaan kuat yang sangat mungkin benar bahwa kita semua lahir di sebuah keluarga dan hampir setiap kita kenal siapa ibu kita, ayah kita, adik atau kakak kita, dan sebagainya. Kita, dari kecil hingga sebesar ini mungkin selalu hidup di sekitar mereka dan berinteraksi banyak hal dengan mereka. Tapi, di samping itu, di luar rumah sebuah keluarga, ada tetangga yang sering kita temui. Ada pula teman di sekolah yang sering kita ajak bercanda dan berbagi rasa.
Tidak bisa dipungkiri memang, rasa cinta kita kepada keluarga pasti ada dan pasti bersemi di hati kita, meskipun besarnya rasa cinta itu berbeda masing-masing orang. Hal ini bisa dipengaruhi karena intensitas interaksi seseorang dengan keluarganya, seberapa dekat hati seorang terkait pada keluarganya, juga seberapa besar keluarga itu memberikan perhatian kepada kita. Jangan heran kalau ada seorang anak yang luar biasa lengket dengan ibunya, bahkan meskipun telah dewasa. Ada juga yang 50:50. Hubungan dengan keluarga bagus atau biasa-biasa saja, tapi dengan teman juga tidak kalah bagusnya. Namun, jangan heran pula jika ada seorang anak tunggal orangtuanya, tapi sangat ‘bermusuhan’ dengan orangtuanya. Dan orang yang seperti ini, biasanya lebih dekat dengan mereka yang kita sebut teman, sahabat, atau sohib kita.
Pertemanan ataupun persahabatan memang indah, setidaknya yang saya rasakan begitu. Ketika saya bertemu dengan sahabat-sahabat saya, saya merasa jauh lebih nyaman dan senang berada di antara mereka. Saya merasa ada orang yang peduli pada saya, ada teman yang bisa diajak berbagi rasa; kegembiraan atau kedukaan. Teman justru yang pertama kali mendatangi kita saat kita sedang kesepian, begitu pun sebaliknya. Bahkan mereka yang justru bisa merubah sikap kita daripada keluarga kita sendiri, yang jauh lebih lama mengenal kita. Teman, keberadaannya memang membawa kesan indah yang mendalam bagi saya. Atau bagi kita semua. Dengan catatan bahwa teman yang kita punya adalah teman yang baik, bukan serigala berbulu domba yang penuh kebusukannya.
Rasulullah sudah memberi satu ungkapan tentang seorang teman yang maknanya, “Permisalan teman yang baik dan yang buruk di antara kalian adalah seperti penjual minyak wangi dan si pandai besi. Jika kalian bergaul dengan si penjual minyak wangi, bisa jadi dia akan memberimu minyak wanginya atau minimalnya akan ketularan wangi. Tapi, jika kamu bergaul dengan si pandai besi, kamu bisa terkena semburan api dan panasnya, atau minimalnya akan bau sangit.”
Begitu pula beliau menasehatkan yang maknanya, “Agama seorang hamba itu akan banyak dipengaruhi oleh teman terkasihnya. Maka dari itu, lihatlah keadaan orang yang kalian jadikan teman; baik atau buruk.”
Selama saya menjalin banyak hubungan pertemanan, dari ketika sebelum sekolah hingga saat ini saya kuliah, ada banyak teman baik yang saya jumpai. Mereka luar biasa, motivator ‘tersembunyi’ yang Allah berikan buat saya. Seolah mereka tak berarti di mata kita; datang, bincang-bincang, makan, pulang. Tapi ada satu hal bermanfaat yang mereka bawa, yang kini saya tahu bahwa mereka adalah orang hebat.
Pesan itu adalah jangan pernah sendirian dalam menjalani hidup! Bekerja samalah dan kita akan kuat. Singkatnya, bersatu kita teguh, dan jika bercerai kita akan runtuh.
Dan dari sekian masa pertemanan itu, masa pertemanan yang saya sukai dan lebih membuat saya bahagia adalah pertemanan dengan orang-orang yang menyebut dirinya Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Mereka juga menamakan diri mereka Salafiyyin. Merekalah teman terbaik yang pernah saya temui dan saya pernah berinteraksi dengan teman. Satu kalimat untuk mereka, “Aku MENCINTAI KALIAN karena Allah!”
Mereka datang saat saya sedang membutuhkan uluran tangan, di mana saat pertama kali saya kenal mereka saya sedang butuh tentang menambah ilmu agama yang benar. Saya bingung; mau mencari ke mana?! Dan di saat kebingungan itulah Allah kenalkan saya dengan mereka dan kesan pertama begitu menggoda. Tahun 2006 adalah awal pertemanan kami, alhamdulillah, hingga saat ini dan aku berharap pertemanan ini akan abadi. Aku mendengar ustadz mereka menyebutkan satu hadits dari nabi yang maknanya, “semua pertemanan pada hari ini akan hancur saat kiamat nanti, kecuali yang dilandasi karena ketaqwaan pada Allah.”
Mereka datang dengan ilmu Islam. Saat saya sedih, di antara mereka mengatakan, ‘Nggak papa, akhi. Sabar. Semoga Allah merahmati antum dan mengganti yang lebih baik.’ Saat saya terjatuh dalam kesalahan, mereka mengatakan, ‘Bertaqwalah kepada Allah dan kembalilah kepadanya. Antum salah, jangan diulangi lagi, ya!?’ Dan saat musibah datang dalam financial, sebagian mereka bersedia membantu saya. Semoga Allah merahmati teman-teman saya.
Keluarga, sedekat apapun saya dengan mereka, sekenal apapun mereka dengan saya, namun sungguh menakjubkan, teman-temanlah yang justru mampu membuat saya sadar bahwa Islam itu indah dan Islam itu adalah sebuah agama yang harus kita pegang kuat, bukan tradisi nenek moyang kita yang dasarnya adalah kata simbah dan kata mbah kyai. Saya heran, mengapa keluarga saya tidak bisa seperti teman-teman ini, yang mau menasehati meski tak ada ikatan pertalian darah. Mereka lebih dari sekedar teman, keluarga, atau sohib. Mereka adalah bagian dari saya dan sebaliknya, Insya Allah.
Namun, keluarga dengan segala keadaannya tetaplah keluarga kita yang Allah perintahkan untuk dijaga hubungannya dengan baik. Begitu juga dengan teman. Tapi, saya tahu bahwa keimanan dan ketaqwaanlah yang mengikat tali pertemanan di antara kita, bukan karena darah dan nasab keturunan. Dan sebab iman itulah kita bersaudara dan saya kira, rasa pertemanan ini jauh lebih manis dan penampilannya jauh lebih indah daripada hubungan karena darah dan keturunan.
Persahabatan ini akan terus saya jaga dan terus saya jalin dengan mereka dan siapapun yang ingin berteman karena Allah dan di jalan Allah. Semoga menjadi pertemanan hingga ke surga nanti dan semoga ini tak hanya sekedar pertemanan semu, tapi pertemanan yang sejati. Saya kira, kita semua ingin yang seperti ini. Semoga Allah memenuhi doa ini dan para malaikat pun mengamini. Amin.


Untuk semua saudaraku di jalan Allah,
Akhi Abu Abdirrahman Pramono, semoga Allah membalas kebaikannya yang menyadarkan saya dari kekeliruan saya sebelum mengenal mereka.

Bantul, 23 April 2010

2 komentar:

  1. website yang tidak menceburkan diri ke dalam fitnah, bisa dibaca disini:

    http://inilahfakta.wordpress.com/2010/04/30/website-mereka-yang-tidak-menceburkan-diri-ke-dalam-fitnah/

    BalasHapus
  2. usaha laundry , bisnis laundry , deterjen laundry , waralaba laundry , franchise laundry , softener laundry , pewangi laundry

    BalasHapus


Setelah membaca artikel di atas, silahkan berkomentar
KARENA KOMENTAR ANDA BEGITU BERHARGA...

Gratizzan!