Halaman

Jumat, 20 November 2009

Nasehat Imam Asy-Syafi'i kepada Guru Anak Harun Ar-Rasyid


Suatu hari, Imam Asy-Syafi'i mendatangi Amirul Mukminin Harun Ar-Rasyid dan meminta ijin untuk menemuinya. Seorang pelayan menemani Imam Asy-Syafi'i hingga mempertemukannya dengan Abu Abdush Shamad, seorang guru sekaligus pengajar sastra anak-anak khalifah Harun Ar-Rasyid.

Pelayan itu berkata kepada Imam Asy-Syafi'i, “Wahai Abu Abdillah (kunyah Imam Asy-Syafi'i), itulah anak-anak Amirul Mukminin dan yang itu adalah guru mereka. Alangkah baiknya jika Anda memberinya nasehat mengenai hal-hal yang berhubungan dengan mereka.”

Imam Asy-Syafi'i lantas menghampiri Abu Abdush Shamad, lalu berkata dengan suara yang lembut lagi penuh kasih, “Hendaknya usaha pertamamu untuk memperbaiki anak-anak Amirul Mukminin adalah dengan memperbaiki dirimu sendiri. Karena mata mereka terikat dengan matamu. Hal yang baik menurut mereka adalah yang kau anggap baik. Dan hal yang buruk menurut mereka adalah hal yang kau jauhi. Ajarilah mereka kitabullah, namun jangan kau paksa mereka untuk mempelajarinya, hingga mereka bosan terhadapnya. Tapi, jangan pula kau biarkan mereka, sehingga mereka menjauhinya. Kemudian, puaskanlah mereka dengan syair-syair yang paling terjaga isinya dan dengan pembicaraan yang paling mulia. Jangan kau keluarkan mereka dari area ilmu menuju yang selainnya, hingga mereka justru mengerjakan hal itu (selain ilmu) dengan sempurna. Karena ucapan yang bercampur aduk di dalam pendengaran akan merusak pemahaman.” (Lihat Al-Hilyah Al-Auliya' [9/149])

Sumber : Buku KEAGUNGAN IMAM ASY-SYAFI'I (100 Kisah Monumental Imam Asy-Syafi'i)

Ada beberapa pelajaran penting dari kisah ini yang bisa saya ambil :
  1. Adanya hubungan yang baik antara ulama (Imam Asy-Syafi'i) dan pemerintah (khalifah Harun Ar-Rasyid), sehingga saling membantu. Ulama memberi nasehat, khalifah membantu ulama menyebarkan ilmu dengan kekuasaannya.
  2. Betapa semangatnya Imam Asy-Syafi'i dalam memberikan petuah dan nasehat kepada seseorang demi kebaikan bersama.
  3. Betapa indah dan bagusnya metode yang digunakan Imam Asy-Syafi'i dalam menasehati orang.
  4. Guru harus bisa memberikan teladan yang baik kepada muridnya karena guru itu akan digugu (ditaati) lan ditiru. Jika perbuatan guru baik, murid akan menirunya. Begitu pula sebaliknya.
  5. Hal pertama yang sepantasnya untuk diajarkan guru kepada muridnya adalah kitabullah dan sunnah rasul. atau, dasar-dasar Islam secara umum.
  6. Dalam mengajari seorang murid, hendaknya tidak memaksanya sehingga menjadi bosan dan tidak pula membiarkannya tidak belajar, hingga dia malas untuk belajar dan menjauhinya.
  7. Bolehnya mengajari seseorang dengan syair-syair atau puisi. Dengan ketentuan, isi puisi atau syair itu adalah kebaikan dan hal-hal yang positif. Tidak mengandung unsur syirik, kemaksiatan, dan kalimat negatif.
  8. Nasehat Imam Asy-Syafi'i untuk tetep fokus dan memfokuskan orang pada ilmu. Dan jangan sampai kita menjadi penghalang atau pemaling seseorang dari ilmu, hingga kita mengalihkannya pada kesibukan lain yang tidak lebih bermanfaat dibandingkan dengan ilmu.
  9. Jangan sering banyak mendengar pembicaraan yang aneh-aneh dan campur aduk. Karena, kata Imam Asy-Syafi'i, hal itu bisa merusak pemahaman seseorang. baik dalam ilmu dunia, terlebih lagi dalam ilmu agama.
  10. Ulama dari masa ke masa punya satu ciri khas yang sangat jelas; sangat menghargai ilmu, pembawa ilmu, dan penuntut ilmu. Rahimahumullahu jami'an.
selesai ditulis di kamar depan Masjid Al-Akhdhor, Karangkajen
menjelang maghrib


1 komentar:


Setelah membaca artikel di atas, silahkan berkomentar
KARENA KOMENTAR ANDA BEGITU BERHARGA...

Gratizzan!